Sejak sepuluh tahun lalu Suprapto hadir
untuk sekedar mencari nafkah di SMK Prapanca 2, sebagai penjual pentol sondok. Dengan panggilan pak To begitu kebiasaan
siswa-siswi SMK Prapanca memanggilnya selama ini. Panggilan singkat dan akrab ini pula yang justru membuatnya semakin
dekat dengan para pelajar yang ada di sekolah tersebut. Bahkan
dirinya sangat hapal satu persatu
siswa-siswi yang menjadi langganannya.
Dari 2003 lalu hingga sekarang cerita suka dan dukanya begitu banyaknya, bahkan tak terhitung tebalnya halaman bila akan ditulis dalam sebauh buku cerita hidup atau pun Dyare (catatan harian). Begitu ia mengingat apa yang terjadi sepuluh tahun lalu, dirinya nampak bersedih dengan mata yang berkaca-kaca.
“Dulu tidak seramai ini, namun tuhan memberikan jalan, SMK Prapanca 2 terus berbenah dan hingga hari ini terlihat megah. Muridnya banyak sekali bandingkan dengan dahulu yang hanya satu kelas. Ini berkah saya dan teman-teman pedagang lainnya, sebab kami dapat mencari nafkah dengan baik. Kami juga berterimakasih dengan kepala sekolah, Bapak Suwandi yang memberikan kami tempat untuk mencari nafkah,” papar pak To saat ditemui kru KAMI BISA.
“Kalau ada yang beli pentol tidak bayar, itu sudah bukan hal yang baru. Namun semuanya kita kembalikan pada yang kuasa tidak perlu dibuat ramai. Rejeki sudah ada yang ngaturnya, namun akan lebih kalau anak-anak yang belum punya uang atau lupa membawa langsung meminta saja. Pasti akan saya kasih, anggap saja itu semua sedokoh “ujarnya”.
Bapak satu anak yang terlihat santun, bersahaja dan bersahabat ini memiliki kesibukan lain selain penjual pentol. Dikala hari minggu atau libur biasa menyibukkan diri dengan pengajian dan memperdalam tentang ilmu agama.
“Didalam hidup ini bukan kita harus terus belajar dan itu bukan hanya diperuntukan bagi orang yang muda saja. Namun yang tua-tua seperti saya ini juga harus belajar terutama dalam ilmu agama,” tambahnya.
Warga Nginden gang 6 Surabaya mengatakan kalau salah satu dari ketiga anaknya juga merupakan alumni dari SMK Prapanca 2 dan kini telah bekerja. Dan dalam mengarungi bahtera berumahtangga ia selalu menekankan kepada anak-anaknya untuk selalu berlaku jujur dan apa adanya.
“Apa pun yang dilakukan putra dan putri saya akan dukung, asalkan itu positif dan tidak merugikan atau pun menyakitkan orang lain,” tandasnya. Abd. Rosid XI bc4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar